Monday, December 27, 2010

Kritikan ke SBY Cenderung Personal


JAKARTA - Staf Khusus Presiden Bidang Politik Daniel Sparingga menilai situasi politik selama tahun 2010 lebih mempertontonkan keriuhan oleh aktor-aktor politik yang menggunakan ruang publik bukan untuk hal yang produktif. Alhasil, sebuah kritikan lebih kepada tuduhan daripada bukti.

Bahkan, kritikan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai terkesan lebih mengarah kepada personalnya bukan atas kebijakan yang dibuat. " Tuduhan lebih bersikap emosional dan personal, bukan terhadap kebijakannya," kata Staf Khusus Presiden Bidang Politik, Daniel Sparingga dalam Diskusi politik "Panggung Politik Sandera ?" Charta Politica di Kantor Charta Politica, Jakarta, Senin (27/12/2010).

Adapun kritikan yang sering dialamatkan kepada SBY, kata Daniel, seperti kata lamban, tidak tegas, tidak cekatan dan lainnya. Kata-kata itu sering kali terdengar dalam menyikapi SBY, bukan kebijakannya.

Menurut dia, hal itu terjadai karena para aktor itu tidak mampu mengendalikan diri untuk bertindak konsisten. Alhasil, situasi politik lebih menjadi tontotan yang penuh hiruk pikuk daripada sebagai ruang diskusi untuk memperjuangkan kepentingan bangsa.

Dia mengakui kritikan itu tidak lepas dari ekspektasi tinggi masyarakat terhadap kepada SBY yang antara lain karena SBY menang sangat tinggi dalam periode kedua kali, didukung koalisi parpol. Alhasil, muncul penilaian yang menempatkan SBY kalah dan salah.

Misalkan, SBY dikatakan SBY kalah dealam pengajuan Gubernur BI Agus Marto Wardodjo yang ditolak DPR dan dituding salah dalam kasus Bank Century. "Padahal Presiden sudah mengatakan secaar jelas untuk membuka kasus itu seterang benderang," ujarnya.

Daniel juga menegaskan Presiden bukanlah sosok yang suka atau pandai "bersolek" atau melakukan pencitraan di depan publik. Justru dia melihat SBY suka melakukan hal untuk memperkaya perspektif publik.

No comments:

Post a Comment