Monday, November 15, 2010

Jelang Idul Adha, Daging di Aceh Capai Rp100 Ribu/Kg

Pedagang Daging di Pasar

BANDA ACEH - Jelang Hari Raya Idul Adha 1431 Hijriah, harga daging di Aceh kembali meroket, yakni mencapai Rp100 ribu per kilogram (kg). Kenaikan terjadi karena tingginya permintaan, menyusul adanya tradisi meugang yang diperingati warga di Aceh jelang masuknya Hari Raya kurban.

Beberapa pedagang saat ditemui okezone di Pasar daging Beurawe dan Peunayong, Banda Aceh mengaku mulai hari ini harga daging sapi di sana berkisar Rp90 ribu-Rp100 ribu per kg. Sementara pada hari biasa harga daging hanya Rp75 ribu-Rp80 ribu per kg.

"Naiknya harga daging di hari meugang sudah biasa, di samping banyak permintaan, ternak yang dipotong hari ini semuanya sapi lokal,” kata Mustafa, penjual daging di Pasar Beurawe, Aceh, Selasa (16/11/2010).

Sapi dari Aceh harganya relatif mahal dibanding sapi impor atau yang didatangkan dari provinsi lain. Sapi Aceh ini diyakini memiliki daging bermutu tinggi, padat, dan lebih tahan, dibanding sapi impor.

"Harga sapi lokal mencapai 10 juta lebih per ekor, kalau kerbau bisa 20 juta per ekor,” ujar Mustafa.

Di hari meugang, warga Aceh enggan membeli daging dari sapi impor. Pedagang daging menyebutkan, ada perbedaan jelas antara daging sapi Aceh dan impor. “Daging sapi lokal (Aceh) nampak lebih segar, sedangkan sapi impor agak lembek, warnanya tidak segar,” sebut Mustafa.

Harga daging di sana diperkirakan kembali normal setelah Idul Adha. Tingginya permintaah daging jelang Idul Adha menumbuhkan banyak pasar daging kaget. Di Banda Aceh, sejumlah penjual daging menggelar dagangannya di sisi-sisi jalanan kota, selain di Pasar daging.

Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh merilis ada 40.066 ternak siap potong di Provinsi itu untuk menutupi kebutuhan hari meugang Idul Adha yang diperingati warga dalam dua hari ini.

Warga di Provinsi ujung barat Indonesia itu memperingati tradisi meugang tiap jelang masuknya Idul Adha, Idul Fitri dan bulan Ramadhan. Menurut Ketua Majelis Adat Aceh, Tengku Badruzzaman, tradisi itu sudah ada sejak Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh, pada abad 16 Masehi silam

No comments:

Post a Comment