Friday, November 19, 2010

Ketika Sandal Jepit Jadi Barang Langka Pengungsi

Pengungsi di Stadion Maguwoharjo, Sleman

KLATEN- Kehidupan di barak-barak pengungsian memang jauh dari rasa nyaman. Dengan kondisi yang penuh keterbatasan, pengungsi harus berbagi satu sama lain.

Meski begitu, kebutuhan logistik dalam hal ini makanan terus mengalir. Hampir jarang pengungsi yang mengeluhkan kebutuhan makan.

Kondisi itu, salah satunya terlihat di Gedung Olah Raga (GOR) Gelarsena, Klaten, Jawa Tengah. Sejak belasan hari, gedung tersebut menjadi lokasi bagi warga sekitar Merapi khususnya yang berasal dari Dusun Panggang, Kecamatan Kemalang, sebagai tempat mengungsi.

Dilihat dari aspek kenyamanan, mungkin lebih baik dari pos pengungsi di Stadion Maguwoharjo Sleman, Yogyakarta. Pasalnya, pengungsi berada di dalam ruangan yang relatif tertutup. Setidaknya aman dari debu dan angin yang membawa ancaman penyakit.

Bantuan makanan pun terus mengalir, petugas posko pengungsi setidaknya belum mengkhawatirkan kebutuhan perut pengungsi. “Kalau makanan sih banyak, masih mengalir. Yang paling susah adalah sandal jepit,” ujar Titik, petugas posko setempat, kemarin.

Ungkapan Titik memang tidak mengada-ada. Banyak pengungsi yang berjalan dengan telanjang kaki di atas lantai yang berdebu. Apakah itu anak-anak atau orangtua. Sangat mungkin kotoran yang menempel di kaki mereka, tertinggal di tikat atau alas yang mereka gunakan untuk tidur.

Bisa dimaklumi, sebab banyak warga yang tidak sempat memikirkan alas kaki ketika meninggalkan rumahnya saat Gunung Merapi meletus dan di bawah ancaman awan panas atau wedhus gembel. Titik mengungkapkan, sekilas sandal jepit adalah barang sepele tidak sepenting makanan dan pakaian. Namun, apabila pengungsi tidak menggunakan sandal maka sangat mungkin akan mendatangkan penyakit.

Selain tetap mengharapkan pasokan makanan, Titik mengharapkan ada pihak yang memberikan bantuan berupa sandal untuk kebutuhan para pengungsi. Hal itu agar kesehatan pengungsi tetap terjaga.

Tidak hanya sandal, kata Titik, makanan kecil semisal biskuit untuk anak-anak juga sangat penting. Selain untuk menambah asupan gizi, makanan kecil juga membantu para orangtua yang kerap harus bersusah payah melayani rengekan anaknya yang meminta uang jajan untuk membeli makanan kecil.

Kondisi serupa juga diakui Furqon, petugas Posko di SMA 3 Klaten. Dia mengaku banyak pengungsi yang tidak memiliki sandal jepit. “Sandal jepit sangat sedikit di sini. Kami juga membutuhkan ember dan tisu basah,” ujarnya.

Senada dengan Titik, Furqon juga mengungkapkan sampai kini kebutuhan makanan tidak mengkhawatirkan. Bahkan, pihaknya masih memiliki hewan kurban berupa beberapa ekor kambing yang akan dipotong pada hari ini, demi memenuhi kebutuhan makan pengungsi.

No comments:

Post a Comment